Pages

Tulisan bebas (Bahasa Indonesia II)

Nama : Sulaeman
NPM : 19210757
Kelas : 3EA13




"Harta Karun Indonesia Sesungguhnya"



Indonesia, sebuah negara terkaya di dunia. Akan tetapi hal ini belum sepenuhnya di sadari oleh warga negara Indonesia itu sendiri. Kenapa saya bilang negara terkaya di dunia?? Alasannya karena Sumber Daya Alam (SDA) negara ini sangat melimpah. Tidak heran dahulu kala banyak para penjajah memperebutkan negara ini. Sumber Daya Alam (SDA), ya itulah Harta Karun Indonesia sesungguhnya. Akan tetapi mengapa negara terkaya di dunia tetapi masih saja masuk kategori negara miskin (berkembang)?? Itulah pertanyaan yang harus di jawab oleh bangsa Indonesia sendiri khususnya Para petinggi negara yang biasanya kita sebut Pemerintah.

Sumber Daya Alam (SDA) dapat menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang makmur bahkan dapat melebihi AS (Amerika Serikat) yang notabene negara termakmur di dunia andai SDA di Indonesia di kelola oleh negara Indonesia itu sendiri. Andai SDA Indonesia di kelola sendiri oleh Negara maka hasilnya 100% akan buat Rakyatnya sendiri. Akan tetapi, Banyak investor asing yang mulai menguasai SDA Indonesia atas dasar perintah pemimpin Indonesia itu sendiri. Sehingga hasil SDA di Indonesia tidak sepenuhnya di dapat oleh Negara kita, karena kita bagi hasil terhadap investor yang mengelola SDA kita yang hasilnya kita dapat hanya beberapa persen saja.


Saya sangat heran dengan pemerintahan saat ini sangat gemar mengundang investor-investor asing untuk mengelola sumber daya alam indonesia, padahal kita tahu sejak jaman dahulu penjajah masuk untuk merampok SDA selalu mendapatkan perlawanan dari para pahlawan kita dengan darah dan nyawa, namun kenapa saat ini justru pemerintah aktif mengundang para penjajah? Jika beralasan kita masih belum mampu, itu merupakan pembodohan yang sejak jaman orde baru selalu digaungkan, padahal kita mengetahui teknologi, tenaga ahli, bisa dibeli tanpa harus mengorbankan hak kepemilikan sumber daya alam tersebut.

Sudah seharusnya saat ini pemerintah berhenti mengelabui rakyatnya, sumber daya alam sudah seharusnya dikembalikan untuk kemakmuran rakyat indonesia, bukannya bangsa asing. Mari seluruh rakyat indonesia bersatu untuk memperjuangkan hak-hak rakyat atas SDA yang telah dikuasai oleh konglomerat maupun asing. Ketidakadilan sudah semakin blak-blakan kita alami saat ini, kembalikan tanah, air, isi perut bumi kepada negara untuk kemakmuran rakyat seperti diamanatkan oleh UUD 45 pasal 33.

Tulisan Bebas (Bahasa Indonesia II)


Nama : Sulaeman
Kelas : 3EA13
NPM  : 19210757


"Youtube, Can Make You Famous"

Fenomena akhir-akhir ini banyak sekali seseorang yang terkenal atau kita menyebutnya dengan "Artis Dadakan" dengan menggunakan media Youtube. Youtube adalah Suatu situs dimana pengguna dapat mengunggah, menonton, dan bebagi video. Seperti yang kita ketahui orang-orang yang terkenal dari youtube yaitu Norman Kamaru, Shinta Jojo, dan sampai yang terbaru yaitu Arya Wiguna. Namun, masih ada video parodi, seorang presenter acara berita di tv swasta, Jeremy Teti, yang dibuat oleh Eka Gustiwana. Ia ternyata juga yang membuat video parodi Demi Tuhan. Sampai saat ini sudah sekitar 620.000 orang yang view video Jeremy Teti ini. Berikut ini video Jeremy Teti yang di buat oleh Eka Gustiwana :




Sumber : Youtube.com

Tulisan Bebas (Bahasa Indonesia II)

Nama : Sulaeman
NPM : 19210757
Kelas : 3EA13





"Hancurnya Generasi Muda Indonesia"




Setiap remaja memiliki ciri khasnya tersendiri di setiap era, dan saat ini pun remaja di Indonesia memiliki fenomena baru. Fenomena Alay dan Ababil sedang menyerang generasi muda indonesia saat ini. Istilah Alay pertama kali dikenal di forum dunia maya dan juga beberapa jejaring sosial. Seseorang yang dikategorikan sebagai Alay memiliki perilaku yang unik, baik dari tata bahasa, cara berpakaian, dan gaya hidupnya di lingkungan sosial.

Menurut Koentjara Ningrat:
Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya. Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.”

Menurut Selo Soemaridjan:
Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa lebih keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu.”

Saya sangat menyangsikan bahwa generasi (alay dan ababil) ini bisa menjadi penerus bagi generasi lawas dimasa depan. 

Oleh karena itu, fenomena alay dan ababil harus segera diakhiri jika kita tidak ingin bangsa ini hancur.



Sumber : Google.com

Tulisan bebas (Bahasa Indonesia II)

Nama : Sulaeman
NPM : 19210757
Kelas : 3EA13



"Sebuah Pesan mengenai kenaikan BBM dari saudara kita di Wilayah Timur Indonesia (PAPUA) untuk orang Jakarta"

BBM, iya kata itulah yang sedang di permasalahkan oleh pemerintah. Masalahnya adalah pemerintah tidak satu suara dengan rakyat dalam menanggapi masalah BBM. Pemerintah ingin menaikan BBM tetapi rakyat menolaknya khususnya warga Jakarta karena beralasan kenaikan BBM sekecil apapun akan membuat rakyat sulit. Kenaikan BBM dapat merambah kepada kenaikan barang-barang pokok karena BBM adalah barang yang strategis saat ini.

Tetapi ada saudara kita yang mengirimkan sebuah pesan agar kita sadar bahwa saudara kita di Papua yang notabene provinsinya cenderung miskin tidak ada masalah mengenai harga BBM di provinsinya yang menembus angka Rp. 18.000/liter. Sedangkan kita yang berada di provinsi terdepan memprotes kenaikan BBM yang menjadi Rp. 6.000/liter. Aneh bukan?? Untuk itu lebih jelasnya kita lihat pesan di bawah ini :


Sumber Gambar : Kaskus.co.id



Pesan : Renungkanlah pesan dari saudara kita di PAPUA sana.

Resensi Film "So Close"

Release date : 12 September 2012
Genre : Action, Romance, Thriller.

Directed by : Corey Yuen
Produced by : Choi Pu Chu
Written by : Jeff Lau
Distributed by : Columbia Pictures
Cast :

Shu Qi as Chen Ai Lin
Zhao Wei as Chen Ai Quan
Karen Mok as Kong Yat Hung
Song Seung Heon as Yen
Michael Wai as Ma Siu Ma
Sau Sek as Chow Lui
Wan Siu Lun as Chow Nunn
Yasuaki Kurata as Chow Nunn's Master


"So Close" Film ini di realesed pada tanggal 12 September 2002. Film ini lebih menonjolkan genre Action sebenarnya. Firm ini disutradarai oleh Corey Yuen. Film ini memang sudah lama sekali keluar, akan tetapi anda tidak akan bosan menontonnya hingga tahun 2013 ini.

Film "So Close" ini menceritakan tentang Seorang pembunuh bayaran bernama Lynn (Shu Qi), Seorang pembunuh bayaran profesional yang disewa oleh Chow Nunn untuk membunuh saudaranya seorang ahli komputer. Lynn di bantu oleh Sue (Zhao Wei) dalam setiap aksinya agar setiap misinya dapat bejalan dengan sukses. Sue sendiri adalah saudara Lynn. Di akhir cerita Lynn mati oleh orang-orang suruhan Nunn karena berusaha menyelamatkan Sue dari kejaran polisi. Namun, Sue lah dan Kat Yat Hong (Karen Mok) yang membalaskan dendam atas kematian saudaranya tersebut. Kang Yat Hong disini berperan sebagai polisi cantik yang menjadi musuh Lynn dan Sue. Akan tetapi di akhir cerita dia membantu Sue yang notabene adalah musuhnya untuk membalaskan dendam kakaknya demi memperbaiki nama baiknya di kepolisian karena Nunn yang telah membuat nama baiknya menjadi buruk di kepolisian.


Sekilas tidak ada yang istimewa dari unsur cerita film ini. Namun, yang menariknya adalah Aksi-aksi pemainnya dalam cerita ini yang membuat penonton dapat berkata "Wah, Wow, Wew, Dll". Film ini dinominasikan dalam "Penghargaan Perfilman Hongkong" 2003 untuk Koreografi Aksi Terbaik (Corey Yuen dan Jianyong Gao). Untuk itu film  "So Close" ini sangat "Reccomended" untuk penggemar film yang bergenre Action.


RESENSI


A.    Pengertian Resensi

Kata “Resensi” berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata kerja “revidere” atau “recensere” yang memiliki arti menimbang kembali, melihat dan menilai. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan review, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie. Tiga istilah tersebut mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas sebuah buku.
Menurut “Kamus Istilah Sastra” yang ditulis oleh Panuti Sudjiman (1984), resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.
Resensi merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan pertimbangan kepada pembaca mengenai sebuah buku yang baru diterbitkan. Secara sederhana, resensi dapat dianggap sebagai sebuah bentuk tulisan yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan ikhtisar berisi penilaian, ringkasan isi buku, pembahasan, atau kritik terhadap suatu buku. Bentuk tulisan ini bergerak di subyektivitas presensinya dengan bekal pengetahuan yang dimilikinya tentang bidang itu.
WJS. Poerwadaminta (dalam Romli 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan dan perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik tidaknya tema isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayakn tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Perbincangaan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah.
Saryono (1997:56) menjelaskan pengertian resensi sebagai sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adaalh laporan, ulasan dan pertimangan baik buruknya, kuat-lemahnya, baik-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto kopi sampul buku.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia  (2000), resensi berarti hasil pembahasan dan penilaian terhadap sebuah buku. Jadi, arti resensi mengarah kepada mengulas secara singkat, memberi penilaian, mengungkap, membahas, membandingkan, atau mengkritik sebuah buku. Sedangkan Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274). Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, kelemahan, dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca.
Apakah hanya buku yang bisa diresensi? Sebenarnya bidang garapan resensi cukup luas. Apabila diklasifikasikan, ada tiga bidang garapan resensi, yaitu (a) buku, baik fiksi maupun nonfiksi; (b) pementasan seni, seperti film, sinetron, tari, drama, musik, atau kaset; (c) pameran seni, baik seni lukis maupun seni patung.

B.     Tujuan Resensi

Sebelum meresensi, hendaknya peresensi memahami tujuan resensi. Apa sebenarnya tujuan resensi. Jika diamati, pemuatan resensi buku sekurang-kurangnya mempunyai lima tujuan, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
b. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
c. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
d. Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit, seperti berikut.
§  Siapa pengarangnya?
§  Mengapa ia menulis buku itu?
§  Apa pernyataannya?
§  Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?
§  Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang-pengarang lain?
e. Untuk segolongan pembaca, resensi mempunyai tujuan berikut:
§  membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih buku;
§  setelah membaca resensi berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi;
§  tidak ada waktu untuk membaca buku, kemudian mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.

            Selain memiliki tujuan-tujuan tersebut, resensi juga memiliki dasar-dasar resensi. Sebelum meresensi, peresensi perlu memahami dasar-dasar resensi. Apa sajakah dasar-dasarnya? Berikut ini penjelasannya.

a. Peresensi memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku itu. Tujuan pengarang dapat diketahui dari kata pengantar atau bagian pendahuluan buku. Kemudian, dicari apakah tujuan itu direalisasikan dalam seluruh bagian buku.
b. Peresensi menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat.
c. Peresensi memahami betul latar belakang pembaca yang menjadi sasarannya: selera, tingkat pendidikan, dari kalangan macam apa asalnya, dan sebagainya. Atas dasar itu, resensi yang dimuat surat kabar atau majalah tidak sama dengan yang dimuat pada surat kabar atau majalah yang lain.
d. Peresensi memahami karakteristik media cetak yang akan memuat resensi. Setiap media cetak ini mempunyai identitas, termasuk dalam visi dan misi. Dengan demikian, kita akan mengetahui kebijakan dan resensi macam apa yang disukai oleh redaksi. Kesukaan redaksi ini akan tampak pada frekuensi jenis buku yang dimuat. Demikian pula, jenis buku yang dimuat biasanya sesuai dengan visi dan misinya. Misalnya,majalah sastra tidak menampilkan resensi buku tentang teknik. Jenis buku yang dimuat pasti buku yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Demikian pula dengan majalah teknik dan filsafat. Selain itu, peresensi ada baiknya mengetahui media yang akan dituju, seperti surat kabar (nasional atau daerah), dan majalah (ilmiah, ilmiah populer, atau hiburan).

C.    Bagaimana Cara Menulis Resensi?

Menulis resensi berarti menyampaikan informasi mengenai ketepatan buku bagi pembaca. Di dalamnya disajikan berbagai ulasan mengenai buku tersebut dari berbagai segi. Ulasan ini dikaitkan dengan selera pembaca dalam upaya memenuhi kebutuhan akan bacaan yang dapat dijadikan acuan bagi kepentingannya. Dalam penulisan resensi dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut,

a. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi.
§  Mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi buku.
§  Siapa yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format, hingga harga.
§  Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis, hingga mengapa ia menulis buku itu.
§  Buku itu termasuk golongan buku yang mana: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, atau sastra.
b. Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara tepat dan akurat.
c. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
d. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
e. Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut.
§  Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.
§  Isi pernyataan; bagaimana bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikirannya.
§  Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.
§  Aspek teknis; bagaimana tata letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak).

Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) resensi itu. Outline ini sangat membantu kita ketika menulis. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar dan kriteria yang kita tentukan sebelumnya. Selain itu kita juga perlu mengetahui unsur-unsur yang membangun resensi buku. Apa saja unsur-unsur yang membangun resensi buku?

a. Membuat Judul Resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Hal yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
b. Menyusun Data Buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
§  judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan juga judul aslinya.);
§  pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
§  penerbit;
§  tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
§  tebal buku;
§  harga buku (jika diperlukan).

c. Membuat Pembukaan (lead)
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
§  memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
§  membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
§  memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
§  memaparkan keunikan buku;
§  merumuskan tema buku;
§  mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
§  mengungkapkan kesan terhadap buku;
§  memperkenalkan penerbit;
§  mengajukan pertanyaan;
§  membuka dialog.
d. Tubuh atau Isi Pernyataan Resensi Buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal berikut:
§  sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
§  ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
§  keunggulan buku;
§  kelemahan buku;
§  rumusan kerangka buku;
§  tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
§  adanya kesalahan cetak

Pola Tulisan Resensi
Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas.
a. Meringkas (sinopsis) berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas.  Sebuah buku biasanya menyajikan banyak persoalan. Persoalan-persoalan itu sebaiknya diringkas. Untuk itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang bernas.
b. Menjabarkan (deskripsi) berarti mengungkapkan hal-hal menonjol dari sinopsisyang sudah dibuat. Jika perlu, bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip.
c. Mengulas berarti menyajikan uraian sebagai berikut:
§  isi pernyataan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diinterpretasikan;
§  organisasi atau kerangka buku;
§  bahasa;
§  kesalahan cetak;
§  membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun karya pengarang lain;
§  menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku.
Bahasa Resensi

Bahasa resensi biasanya bernas (singkat-padat), tegas, dan tandas. Pemilihan karakter bahasa yang digunakan disesuaikan dengan karakter media cetak yang akan memuatnya dan karakter pembaca yang akan menjadi sasarannya.Pemilihan karakter bahasa berkaitan erat dengan masalah penyajian tulisan. Misalnya, tulisan yang runtut kalimatnya, ejaannya benar, tidak panjang lebar (bertele-tele), dan tidak terlalu banyak coretan atau bekas hapusan.
Di samping itu, penyajian tulisan resensi bersifat padat, singkat, mudah ditangkap, menarik, dan enak dibaca. Tulisan yang menarik dan enak dibaca artinya enak dibaca baik oleh redaktur (penanggung jawab rubrik) maupun pembaca. Kita perlu membiasakan diri membaca resensi itu dengan menempatkan diri sebagai redaktur atau pembaca. Untuk itu, kita mengambil jarak. Jadikanlah diri kita seolah-olah redaktur atau pembaca. Dengan cara ini, emosi kita sebagai penulis bisa ditanggalkan. Kita akan mampu melihat kekuatan dan kelemahan resensi kita.



              - www.Google.com