Pages

PENELITIAN ILMIAH “KRISIS GLOBAL”

BAB  I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Krisis financial global yang melanda Amerika Serikat telah menjalar ke seluruh dunia ditandai dengan berjatuhannya bursa global (Kompas, November 2008) : Dow Jones, Nasdaq, NYSE Comp, dan S&P (New York); IPC (Mexico City); Bovespa (Sao Paulo); Merval (Buenos Aires); ISEQ (Dublin); FTSE 100 (London); CAC40 (Paris); BEL-20 (Brussels); AEX (Amsterdam); Xetra DAX (Frankfurt); ATX (Vienna); Swiss Mkt (Zurich); ASE (Athena); IMKB-100 (Istambul); RTS (Rusia); TASI (Arab Saudi); Sensitive (Mumbai); Kospi (Seoul); Nikkei 225 (Tokyo); Composite dan B Share (Shanghai); Hang Seng (Hongkong); Weighted (Taiwan); PSE (Manila); SET (Bangkok); KLCI (Kuala Lumpur); Straits Times (Singapura); dan IHSG (Jakarta). Krisis financial di bursa global tersebut telah menimbulkan kesulitan bagi administrasi pemerintahan nasional di hampir semua Negara di dunia.
Implikasi krisis tersebut bagi dunia pendidikan akan memiliki dampak jangka panjang yang belum bisa diketahui ujungnya. Industri dan perdagangan terkena imbasnya, beberapa usaha ditutup dan karyawannya diberhentikan. Negara mengeluarkan anggaran besar untuk menyelamatkan sector ekonomi yang terpuruk. Dalam kondisi demikian anggaran pendidikan biasanya menjadi korban. Di Jerman misalnya, biaya pendidikan tinggi yang sebelumnya ditanggung Negara mulai saat ini dibebankan kepada mahasiswa sebesar Rp 7,5 juta per semester (Kompas, November 2008).
Di luar masalah yang terukur seperti biaya dan anggaran pendidikan, ada masalah krusial yang perlu mendapat perhatian serius yaitu masalah yang berkenaan dengan nilai. Sebagaimana disinyalir oleh banyak tokoh dan pakar kependidikan maupun non kependidikan, krisis globalisasi hanya mungkin dihadapi apabila suatu bangsa memiliki jatidiri kebangsaan. Bangsa kita ditengarai sedang mengalami krisis berkenaan dengan nilai-nilai filosofis dan ideologisnya sehingga menyebabkan kegamangan dalam menghadapi krisis global dewasa ini. Dengan demikian menjadi penting bagi kita untuk memperkuat pendidikan nilai di persekolahan yang dikelola dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik.

1.2              Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1        Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah : Bagaimana sikap BI dalam menghadapi Krisis Global??
1.2.2        Batasan Masalah
Dengan membahas mengenai krisis global, penulis hanya akan membahas mengenai Cara menghadapi krisis global dan dampak dari krisis global tersebut.
1.3              Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah agar para mahasiswa mengetahui cara BI menghadapi Krisis Global dan dampak dari krisis global tahun 2008.
1.4              Metode Penulisan
Untuk mengetahui data yang lengkap dan kongkrit dalam penyusunan penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut :
-      Study via Browsing
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui Internet dari berbagai sumber situs yang membahas permasalahan dalam penulisan ilmiah ini.

1.5              Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ilmiah ini akan diberikan gambaran umum dari bab ke bab mengenai isi dari penulisan ilmiah ini. Berikut adalah sistematika penulisan ilmiah ini :

BAB       I        PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
         BAB       II       LANDASAN  TEORI
Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan Krisis Global.
         BAB       III     PEMBAHASAN
Di dalam bab ini akan diuraikan tentang dampak dari krisis global 2008 dan sikap Bank Indonesia dalam menghadapi Krisis Global.
         BAB       VI     PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari masalah yang dibahas didalam penulisan ini.




BAB II
LANDASAN TEORI
2.1    Kerangka Teori
   Penulis akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai teori – teori yang berhubungan dengan Penulisan Ilmiah ini.

2.1.1  Krisis Global
Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia merosot drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Ini dapat kita lihat bahwa negara adidaya yang memegang kendali ekonomi pasar dunia yang mengalami keruntuhan besar dari sektor ekonominya. Bencana pasar keuangan akibat rontoknya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di Negeri Paman Sam satu per satu, tinggal menunggu waktu saja. Bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 sd 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara. Tak terkecuali di AS sendiri, Para investor di Bursa Wall Street mengalami kerugian besar.

2.1.2  Inflasi
Dalam ilmu ekonomi inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah salah satu akibat dari adanya Krisis Global.
Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP deflator. Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi.
Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.


BAB III
METODE PENULISAN
3.1   Dampak Krisis Global tahun 2008 terhadap Indonesia
Harga minyak dunia yang sempat menembus US$ 147 per barrel yang menyebabkan harga pangan melejit tinggi dan jatuhnya bank-bank raksasa di seluruh dunia menunjukkan terjadinya kebangkrutan kredit global yang pada gilirannya bisa mengarah kepada terjadinya resesi ekonomi. Agustus 2008 ini terulang kembali ledakan gelombang ekonomi di pasar perusmahan AS sebagai akibat dari subprime mortgage yang terjadi tahun lalu. Krisis ini terancam berakhir dengan depresi ekonomi yang mendunia. Depresi ini diperkirakan akan menghentikan pertumbuhan kesejahteraan dan lapangan kerja dalam perekonomian Barat selama kira-kira lebih dari satu dekade. Bangkrutnya Northern Rock di Inggris, Bear Sterns di Amerika serikat (AS), menyebabkan kian muramnya perekonomian dunia.
 Bulan september 2008 adalah bulan dimana perusahaan-perusahaan terbesar di dunia ambruk. Tanggal 7 September, perusahaan prekreditan rumah Fannie Mae dan Freddie Mac , yang memberi garansi utang senilai 5,3 trilyun dolar, yang meliputi separuh lebih dari utang perkreditan rumah di AS, pun ambruk. Pemerintah AS akhirnya terpaksa menyelematkan dua perusahaan tersebut dengan menggelontorkan uang dari kas pajak warga negaranya sebesar 200 bilyun dolar. Dua perusahaan tersebut ambruk karena berani memberikan utang kepada orang-orang yang beresiko tinggi dalam masa-masa kejayaan ekonomi. Disusul kemudian beria yang menggemparkan dunia finansial adalah bangkrutnya salah satu Bank Investasi terbesar di pusat keuangan Wall Street di New York AS. Lehman Brothers, salah satu perusahaan investasi bank AS terbesar memasukkan permohonan status bangkrut pada tanggal 15 September 2008. Inilah akhir nasib suatu bank besar dan tertua yang berdiri di negara bagian Alabama tahun 1844 dan jatuh begitu saja– padahal di tahun 2007 Lehman masih melaporkan jumlah penjualan sebesar 57 bilyun dolar dan di bulan Maret lalu masih sempat dinyatakan oleh majalah Business Week sebagai salah satu dari 50 perusahaan papan atas di tahun 2008. Namun kini, Lehman bernilai tidak lebih dari cuma 2 bilyun dolar saja.
Perusahaan investasi lain seperti Merril Lynch, yang bertahun-tahun sempat menjadi raksasa Wall Street, pun mengemis untuk segera diambil alih oleh saingannya sendiri, yaitu Bank of America. Dan AIG, salah satu perusahaan asuransi terbesar juga memohon untuk disuntikkan dana darurat sebesar 40 bilyun dolar dari pemerintah AS untuk menghindari kebangkrutan total. Rentetan peristiwa ini dirangkum oleh majalah Wall Street Journal dengan kata-kata,” Sistem keuangan Amerika serikat terguncang hingga ke pusarnya”. Alan Greenspan, mantan kepala Bank Sentral AS, menyebut krisis keuangan dunia saat ini sebagai kejadian yang terjadi sekali dalam 100 tahun. Bangkrutnya lehman brothers tercatat sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah korporasi AS. Perusahaan asuransi terbesar, AIG, juga di ambang ambruk.

3.2  Sikap BI terhadap Krisis Global

v  Sikap BI Terhadap Krisis Global 2008
Tingginya inflasi ini masih akan berlangsung hingga paruh ke dua tahun 2009. BI menyikapi tingginya inflasi dengan menaikkan suku bunga secara bertahap sebesar 25 basis point per bulan yang kini pada tingkatan 9,5 persen. Dengan perkiraan inflasi pada tahun 2009 sekitar 6,5-7,5 persen tingkat BI Rate ini dianggap memadai.
 Upaya untuk mengatasi ketatnya likuiditas di satu sisi dan tingginya inflasi di sisi lain tampaknya saling bertentangan. Untuk melawan inflasi dibutuhkan kebijakan uang ketat, sedangkan untuk mengatasi persoalan ketatnya likuiditas di perbankan dibutuhkan aliran dana ke dalam perekonomian. Tampaknya BI dan pemerintah berupaya melakukan kebijakan bersifat hibrid, yaitu mengurangi tekanan likuiditas dengan berupaya mengendalikan inflasi, paling tidak dalam enam bulan ke depan saat inflasi masih tinggi.
Hasilnya tentu tidak optimal, tetapi dalam situasi penuh ketidakpastian, amat sulit menerapkan kebijakan optimal. Saat ini, perbankan Indonesia sedang dalam proses ekapansi dalam menyalurkan kredit. Kecenderungan ini akan terus berlangsung karena LDR (rasio kredit terhadap deposito) meski mengalami peningkatan besar, tetapi masih ada di bawah 80 persen.

Bandingkan dengan LDR Thailand yang mendekati 100 persen dan Korea Selatan yang telah melampaui 100 persen. Memang aliran kredit perbankan terbatas kredit investasi karena tingginya risiko dan lebih besar pada kredit konsumsi dan modal kerja. Bagi bank-bank papan atas, mereka tampaknya enggan memanfaatkan fasilitas repo BI, terutama terkait reputasi. Mereka tidak mau mendapatkan kesan kesulitan dana dengan memanfaatkan fasilitas BI. Bank-bank itu cenderung mendapatkan dana dari masyarakat atau pasar uang antarbank meski bunganya tinggi selama mereka dapat menyalurkan kredit dengan marjin tertentu.
Kemungkinan pertumbuhan kredit akan melambat sesuai pertumbuhan dana pihak ketiga. Namun, kecenderungan pertumbuhan kredit masih akan tetap tinggi karena perbankan dalam kondisi ekspansif.
Dari sisi kebijakan moneter dan supervisi perbankan selain membuka akses lebih besar pada likuiditas, kepercayaan antarlembaga keuangan khususnya antarbank harus tetap dijaga baik guna mencegah persoalan credit crunch, seperti di AS dan Eropa. Dengan rasio permodalan yang cukup baik dan tidak terkait masalah produk keuangan dari lembaga keuangan yang gagal di AS, seharusnya perbankan di Indonesia masih dapat berfungsi optimal meski menghadapi tekanan permasalahan likuiditas.

v  Sikap BI terhadap Krisis Global tahun 2011
 Bank Indonesia (BI) menyatakan telah menyiapkan enam strategi kebijakan untuk memperkuat ketahanan dan meningkatkan daya saing ekonomi dalam negeri dari ancaman krisis global.
Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo mengatakan enam strategi tersebut adalah:
  1. Mengoiptimalkan peran kebijakan moneter dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional.
  2. Meningkatkan efisiensi intermediasi dan menyiapkan ketahanan perbankan nasional serta daya saing menghadapi persaingan bebas.
  3. Meningkatkan efisiensi sistem pembayaran.
  4. Memperkuat antisipasi dampak krisis global dengan membangun mekanisme pencegahan krisis.
  5. Meningkatkan peran BI dalam pemberdayaan sektor riil.
  6. Meningkatkan tata kelola manajemen BI.
“Untuk yang pertama, kebijakan moneter BI yang sudah berjalan baik dengan mendorong suku bunga turun perlu terus diupayakan. Penurunan suku bunga acuan diharapkan bisa diikuti penurunan suku bunga perbankan baik simpanan atau pinjaman sehingga meningkatkan efektivitas perekonomian,” kata Perry saat ditemui di Hotel Nikko, Jakarta, Kompas, Selasa (15/11/2011).
Sementara soal siasat yang kedua, Perry mengatakan BI terus mengupayakan agar bunga kredit bank turun dengan cara efisiensi perbankan.
Untuk kebijakan ketiga, Perry menjelaskan upaya BI meningkatkan daya saing Indonesia melalui peningkatan efisiensi sistem pembayaran lewat pembentukan National Payment Gateway, yang tujuannya memudahkan masyarakat bertransaksi dan juga untuk menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN.
“Keempat, saat ini BI sedang menyusun mekanisme antisipasi dampak krisis global dengan membangun mekanisme pencegahan krisis atau protocol management krisis terkait nilai tukar dan perbankan. Protocol ini akan disinergikan dengan pemerintah,” kata Perry.
Lalu kebijakan kelima, adalah upaya BI meningkatkan sektor UMKM dalam memperkuat perekonomian nasional.
Terakhir, BI memperbaiki kompetensi dan integritas setiap komponen di dalam lembaganya serta memperkuat kondisi keuangannya agar mampu bertahan di tengah guncangan.



BAB IV
 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah membaca makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a.       Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.
b.      Krisis ekonomi Global terjadi karena permasalahan ekonomi pasar di sluruh dunia yang tidak dapat dielakkan karena kebangkrutan maupun adanya situasi ekonomi yang carut marut.
c.       Sektor yang terkena imbasan Krisis Ekonomi Global adalah seluruh sektor bidang kehidupan. Namun yang paling tampak gejalanya adalah sektor bidang ekonomi dari terkecil hingga yang terbesar.
d.       Cara mengatasi permasalah Krisis ekonomi bagi masyarakat adalah lebih selektif dalam memenuhi kebutuhan dan bersikap kooperatif bersama pemerintah dan sebaliknya dari pemerintah untuk lebih sigap dalam situasi masyarakat.
e.      Sebagai mahasiswa kita harus kritis dan menanggapi dengan cepat permasalahan kehidupan yang terjadi saat ini khususnya krisis ekonomi global ini. Paling tidak dari hal kecil, sehingga untuk hal besar kita akan lebih siap menghadapinya.

4.2 Saran
Kepada masyarakat untuk tetap bersabar terhadap situasi permasalahan kita ini dan mempercayakan segala sesuatu kepada pemerintah. Dan dimulai dari pribadi dan diri sendiri, untuk mengikuti saran yang telah dituliskan di atas. Dan bagi para mahasiswa untuk menjadi lebih kritis. Semoga penulisan ilmiah ini menjadi kajian yang baik meskipun masih terdapat kekurangan. Atas perhatian dari seluruh pihak, kami ucapkan terima kasih.



DAFTAR PUSTAKA